Pages

Saturday, February 6, 2010

Sincere Story

yang ini cepen gue yang dibikin pas gue kangeeeennn banget sm ayah gue :( :

__________________________________________________________

Di suatu dusun, hiduplah seorang gadis kecil dan ayahnya hanya mereka berdua.
Ibu dari gadis itu sudah meninggal dunia 2 bulan yang lalu. Ayahnya bekerja serabutan untuk menghidupi mereka.

Suatu hari, gadis itu menangis sesunggukan seorang diri. Ayahnya bertanya
“Ada apa nak? Mengapa kau menangis? Apa ada yang melukaimu?” gadis itu menjawab “Tidak Ayah, aku merindukan Ibu…” sambil terus menangis. Ayahnya merasa bersedih dan memeluk gadis itu.
“Tak ada yang perlu di risaukan, nak. Aku akan merawatmu hingga kau tumbuh dewasa nanti..” katanya menahan tangis. Dia pun telah berjanji pada dirinya sendiri.

Tibalah hari ulang tahun gadis itu yang ke 5. Ayahnya membungkus sebuah boneka kelinci yang dia temukan dari hasil dia memulung dengan kertas koran. Sudah dicuci bersih dan kelihatan bagus.
“Selamat ulang tahun nak! Aku menyayangimu..” kata Ayahnya sambil memberikan hadiah. Gadis itu tersenyum senang saat menerima boneka kelinci itu.
“Terima kasih ayah.. aku senang sekali.” Kata gadis itu sambil memeluk ayahnya.
“Sama-sama nak, maaf harganya tidak seberapa… aku tidak bisa memberikanmu lebih..” kata ayahnya.

Setahun kemudian, gadis itu berusia 6 tahun dan sudah saatnya masuk Sekolah Dasar.
“Aku tidak akan sekolah, yah. Aku mau membantumu bekerja saja. Memulung pun aku mau..” kata gadis itu polos.
“Apa yang kau katakan, nak? Aku akan menyekolahkanmu sampai selesai. Meskipun aku harus mengemis pada orang lain atau apa saja akan kulakukan. Besok aku akan mendaftarkanmu sekolah!” kata ayahnya. Gadis itu hanya berdiam diri.
Lalu ayahnya meminjam uang kepada setiap orang di dusun dan bekerja di toko milik tetangganya, lalu sorenya dia memulung lagi.
Keesokan harinya dia pergi ke sekolah untuk mendaftarkan anaknya. Mereka pergi ke pasar untuk membeli seragam dan perlengkapan sekolah lainnya.
“Maaf aku tak bisa membelikanmu tas dan sepatu yang bagus. Hanya ini saja…”

Hari demi hari terus berjalan. Kini gadis itu berusia 12 tahun. Ayahnya berjuang keras untuk membayarkan setiap kebutuhan anaknya dan untuk makan sehari-hari. Bahkan dia mengemis untuk membayar ujian semester anaknya. Tapi tak sia-sia, gadis itu akhirnya lulus Sekolah Dasar dengan poin tinggi. Dia mendapatkan beasiswa untuk masuk SMP.
“Aku bangga padamu,nak.. aku menggantungkan harapan besar padamu. Suatu hari, kamu yang akan merawatku.. suatu hari, aku akan melihatmu sukses..” kata ayahnya sambil menyeka airmata. Gadis itu mengecup pipi ayahnya.
“Terima kasih ayah, aku akan membuatmu bangga dan ini janjiku..”

Dengan beasiswa itu, sang gadispun masuk ke SMP terdekat di dusun itu. Dia tumbuh menjadi gadis yang cerdas dan selalu dapat diandalkan. Dia selalu mendapat ranking di kelasnya.
Saat ini dia berusia 13 tahun.
Tiba hari pembagian rapot kenaikan kelas. Ayahnya datang dengan pakaian lusuh karena habis menyelesaikan pekerjaannya sebagai kuli bangunan. Semua mata melihat padanya dan bertanya-tanya siapa dia. Ayahnya menemui guru dengan langkah rendah hati. Sang gadis menghampiri ayahnya dan berkata “Bu guru, ini adalah ayah saya..” dengan sukacita. Wali kelasnya menatap heran, beberapa orangtua murid juga menatap pada sang ayah. Tapi gadis itu tidak merasa malu sama sekali.

Tibalah hari kelulusan si gadis dari SMP itu.
Nilainya menurun derastis. Dia tidak mendapatkan beasiswa lagi.
“Kenapa nilaimu turun, nak? Apa saja yang kau lakukan?” Tanya ayahnya putus asa.
“Ayah, sebenarnya… sudah 6 bulan aku bekerja sebagai pengamen jalanan bersana teman-temanku. Setiap pulang sekolah aku pergi ke jalan dan tiba di rumah sebelum kau pulang. Aku tidak ingin merepotkanmu. Aku menabung agar aku bisa membayar sekolah SMA ku sendiri…” pengakuan gadis itu sambil menangis karma takut di marahi oleh ayahnya. Ayahnya terharu dan mengusap airmata dari anaknya.
“Kenapa kau harus bekerja? Cukup kau sekolah yang benar saja aku akan senang sekali… biar aku yang bekerja. Ini tugasku.. mulai sekarang kau akan masuk SMA dan aku akan berusaha membayarkan semua kebutuhanmu!” kata ayahnya.

Kini gadis itu berusia 17tahun. Dia duduk di kelas 3 SMA. Ayahnya pergi mendonorkan darahnya untuk membayar uang ujian akhir si gadis. Namun diam-diam, sang gadis juga menyelinap pergi menjadi loper koran untuk menambah biaya.
Di perjalanan si ayah dari mendonorkan darahnya, dia melihat sang gadis sedang menjajahkan korannya pada pengemudi kendaraan. Ayahnya marah sekali karma dia tidak menuruti kata-katanya. Si ayah menghampiri anaknya.
“Apa yang kau lakukan disini?!” kata sang ayah. Gadis itu kaget dan menjatuhkan dagangannya di jalan, terlindas oleh mobil-mobil mewah yang melintas.
“Aku.. aa..”
“Aku sangat marah padamu! Sekarang kau mulai menjadi seorang pembangkang! Kau pantas di hokum!” Ayahnya berteriak-teriak dan membuat perhatian dari orang-orang di jalan. Gadis itu menagis dan menundukan kepala.
“Maafkan aku ayah..” belum selesai dia berbicara, ayahnya menampar si gadis. Perih terasa di pipi si gadis. Gadis itu berlutut pada ayahnya di pinggir jalan. Semua orang memperhatikan.
“Hukumlah aku, kalau perlu cambuk aku. Aku tak akan melawan.” Kata gadis itu pasrah. Ayahnya menagis dan mengangkat tubuh sang gadis dari jalanan yang berdebu. Namun sang gadis langsung berlari menyebrang jalan yang ramai. Dia tidak melihat sebuah motor sedang melaju cepat.
“Awaass!!!” kata sang ayah berusaha mengejar. Namun terlambat, sang gadis tertabrak motor dan tersimpuh di jalan. Dari arah berlawanan sebuah mobil pribadi juga melaju cepat dan tak sempat mengendalikan lajunya. Gadis itu bertabrak keras dan berdarah. Semuanya menjadi gelap…terdengar sayup-sayup teriakan orang-orang dan klakson kendaraan dan juga tangis ayahnya yang pecah.

Saat terbangun, semuannya samar-samar. Ayahnya tertidur di samping tempat tidur rumah sakit dengan mata sembab. Gadis itu memanggil ayahnya. Ayahnya pun terbangun dengan kaget.
“Kau sudah sadar? Syukurlah..” kata ayahnya berkaca-kaca.
“Dimana aku ?” Tanya si gadis.
“Di rumah sakit nak, kau tertabrak 2 kali dan sangat keras hingga kau tak sadarkan diri. Kau sudah 2 hari tidak sadar..” jawab ayahnya.
“Ayah.. maafkan aku… aku berjanji tidak akan mengecewakanmu lagi.” Kata si gadis sambil menangis.
“Sudah, tidak perlu.. aku memaafkanmu. Tapi ku mohon kau tetap disini bersamaku nak..” kata sang ayah.
“aku akan pulang kerumah..”

Sang ayah bekerja siang malam untuk membayar biaya rumah sakit anaknya. Dengan sumbangan dari tetangganya. Dia memulung, mengemis, menjadi kuli pasar, dan bekerja di toko setiap hari.

*****

Bertahun-tahun setelah kejadian itu…

Si gadis sekarang sudah dewasa dan bertunangan dengan seorang pria kota yang kaya.
Di hari pernikahannya…
Dia berjanji suci pada si pria untuk terikat dalam pernikahan.
Lalu sang gadis mengambil mikrofon dan menceritakan tentang ayahnya yang merawatnya dari kecil seorang diri. Sang gadis dalam balutan gaun putih yang anggun menghampiri ayahnya dan memeluknya.
“Terimakasih ayah..” bisiknya. Sang ayah menangis haru.
“Ikutlah bersamaku dan suamiku.. aku akan membahagiakanmu, seperti yang kau harapkan.. aku akan merawatmu selama ku bisa. Aku berjanji.” Gadis itu menagis dalam pelukan ayahnya. Semua orang yang hadir berdiri dan bertepuk tangan.
“Kau seperti yang kuharapkan. Aku menyayangimu..” kata ayahnya terisak.
“Bahagialah kau dengan suamimu… tugasku sudah selesai.” Lanjut si ayah.

Lalu si gadis memberikan sebuah kotak dibungkus dengan kertas berwarna emas pada ayahnya. Di dalamnya ada sebuah boneka kelinci yang lusuh.
“Aku selalu menyimpan itu.. tak akan ku lupakan benda terbaik yang pernah ku dapat di hari ulang tahunku yang ke 5. darimu ayah, aku tak perduli meskipun itu di dapat dari tempat sampahpun, karena ku tau ketulusanmu..”

guys. please remember this :
You will never know how big someone sacrifice for you, make that person happy as long as you can :')

0 comments:

Post a Comment

what do you think?